Sabtu, 14 November 2009

H2H | Inspirasi

Hidup itu seperti musik, yang harus di komposisi oleh telinga, perasaan dan instink, jd tunjukankanlah bahwa kita adalah komposer-komposer dalam hidup kita sendiri... ubah dan kombinasikan not-not hidup disekitar kita sampai semuanya menjadi Maha karya besar untuk bisa dinikmati oleh kita dan orang-orang yang kita sayangi..

milestone

Ada sebuah desa yang tak terpetakan. di ujung desa itu, dekat hutan, tinggal seorang lelaki lanjut usia. Orang-orang desa mengenalnya sebagai sosok orang tua yang bijak. Pondoknya selalu dikunjungi orang yang membutuhkan bantuan; makanan, minuman, obat-obatan dan juga nasihat.

Seperti itulah keadaannya dari hari ke hari. Pondok tenang nan asri itu memancarkan auranya pada kehidupan desa. Hingga suatu hari ketenangan ini terusik. Teriakan lantang memecah keheningan alam.

“Ajarkan aku tentang kehidupan!”
O, rupanya ada anak muda berkunjung ke pondok Pak Tua itu. Si Pemuda berteriak-teriak.
“Aku adalah pengelana yang telah berjalan jauh dari ujung ke ujung buana. Telah ribuan tempat kujelajahi dan telah ribuan jengkal kususuri. Namun, aku tetap tak puas. Ajarkan aku tentang kehidupan." Begitu teriak si anak muda.

Terdengar sahutan dari dalam.
“Jika kau memintaku mengajari tentang kehidupan, maka akan kuajari engkau tentang perjalanan.”
Pak Tua keluar dengan tongkat di tangan. Ia hampiri anak muda itu dan mengajaknya berjalan beriringan. Lama mereka berjalan melintasi hutan. Namun, Pak Tua belum juga mengucapkan sepatah kata. Tak ada ucapan keluar dari mulutnya.

Pak Tua itu hanya mengajak berjalan. Setiap menemui pohon besar, ia menunduk, menarik nafas panjang, lalu menorehkan tanda silang di batangnya. Begitulah yang dilakukan Pak Tua setiap menemukan pohon besar.

Matahari telah tergelincir ke barat. Perjalanan itu tak jelas kapan akan berhenti. Si Pemuda resah. Ia tak mengerti apa maksud semua perbuatan bodoh ini. Sampai akhirnya mereka menjumpai telaga dan beristirahat di sana.
“Wahai orang tua, ajarkan aku tentang kehidupan!” Sekali lagi pemuda itu melontarkan permintaannya.
Pak Tua menatap sebentar lalu membasuh mukanya dengan air telaga.

“Anak muda, kehidupan itu layaknya sebuah perjalanan. Kenyataan akan mempertemukan kita dengan harapan dan keinginan. Kehidupan akan selalu berjalan dan bejalan, berputar, hingga mungkin kita akan tak paham mana ujung dan pangkal.” kata Pak Tua memulai nasihatnya.
“Namun, belajar tentang kehidupan adalah juga belajar untuk menciptakan tanda-tanda pemberhentian. Belajar untuk membuat halte-halte dalam hidup kita.

Berhentilah sejenak. Renungkanlah perjalanan yang telah kau lalui. Siapkan persimpangan-persimpangan dalam hidupmu agar dapat membuatmu kembali menentukan arah perjalanan, “tambah Pak Tua panjang.

“Pohon-pohon tadi adalah prasasti sebagai penanda buatmu dalam berjalan. Mereka akan jadi pengingat betapa lelah kaki-kaki ini telah melangkah. Mereka semua akan menjadi pengingat tentang jalan-jalan yang telah kita lalui. Pohon-pohon itu menjadi kawan karib dalam mengenang yang telah lalu. Biarkan mereka menjadi penolongmu saat kau kehilangan arah.”

Pak Tua berhenti sejenak. Ditatapnya lembut pemuda itu.
'Anak muda, cobalah berhenti beberapa saat. Atur nafasmu, tarik lebih dalam, pandang jauh ke belakang, ke arah ujung-ujung jejak yang kau lalui. Biarkan semuanya beristirahat. Sebab, sekali lagi, belajar tentang kehidupan adalah juga belajar tentang menciptakan pemberhentian.

Teman, hidup memang layaknya sebuah milestone, batu penanda, penjejak, atau prasasti bagi perjalanan panjang. Benda itu akan jadi tumpuan saat kita kehilangan arah. Dan juga petunjuk saat kita membutuhkan pegangan.

Benda itu adalah juga jeda, sela, sebuah koma dalam kalimat. Layaknya sebuah jeda, ia pun berarti waktu yang memberi kesempatan untuk merenung.

Teman, adakah milestones di dalam hidup kita? Adakah jeda, sela, koma yang luput kita hadirkan di hidup ini? Apakah hidup kita seluruhnya aktivitas berjalan tiada pernah berhenti?

Cobalah, berhenti sejenak. Beristirahatlah. Tariklah nafas, tenangkan pikiran. Biarkan semuanya menjadi nyaman. Lalu ciptakan itu sebagai milestone di perjalanan hidup kita. Menjadi petunjuk jejak-jejak kaki 'amal' kita.

Bahasa Angsa "Bila antar teman kita seperti Angsa. Alangkah indahnya"

Bila anda sedang berada di negara 4 musim, kadang anda melihat Angsa terbang berombongan, pergi ke daerah yang lebih hangat, menghindari musim dingin?

Perhatikan, mereka terbang dalam formasi ?V? Mungkin anda kepingin tahu kenapa??..

Dengan terbang dalam formasi ? V ?, efisiensi seluruh? Grup? akan naik sebesar 71 %, dibandingkan dengan terbang sendiri sendiri.

Pelajaran 1: Bekerja secara Team, bergerak ke arah tujuan yang sama , membuat kita mencapai tujuan lebih cepat dan lebih ringan.

Ketika salah satu Angsa meninggalkan formasi. Apa yang terjadi ????..

Dia mengalami daya tahan udara yang besar, dan kesulitan terbang sendiri???....

Akhirnya dia dengan cepat kembali ke? formasi ? untuk berbagi efek terbang dalam formasi ..

Pelajaran ke 2: Selalu kompak di dalam teamyangbergerak ke satu tujuan; akan membutuhkan lebih sedikit energi. Akan lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk mencapai tujuan. Setiap anggota akan merasa berkewajiban untuk menolong sesama.

Ketika team leader kelelahan ???... Apa yang terjadi ?????..?
Dia berpindah ke ujung formasi ?V?, sementara itu Angsa lain akan mengambil tempatnya.

Pelajaran 3: Berbagi kepeminpinan, harus didasari saling hormat dan percaya diantara anggota di setiap saat. Saling bebagi tugas atau masalah yang paling berat. Pusatkan kemampuan , dan bakat team untuk memecahkan masalah.

Angsa terbang dalam formasi ?V? sambil ber ? kotek ? hal ini akan memberi semangat terbang ?Team leader? Juga dengan cara demikian mereka terbang dengan kecepatan yang sama??...

Pelajaran 4: Bila mana ada semangat dan ?penyemangat, kecepatan penyelesain pekerjaan lebih besar. Keberadaan ? semangat ?akan selalu memotivasi , menolong dan menguatkan? Akan menghasikan kwalitas yang terbaik.

Ketika salah satu Angsa sakit atau kelelahan????

Dia akan tertinggal dan keluar dari formasi??.. Apa yang terjadi ???.?

Beberapa Angsa akan keluar juga dari formasi, dan membentuk formasi baru untuk menolong dan mengawal dia?.sampai dia sehat dan kembali masuk ke formasi atau terus dengan formasi tsb atau jatuh dan meninggal.

Pelajaran 5: Tinggalah berdampingan dengan yang lain apapun perbedaan kita. Lebih lebih pada waktu kesulitan dan tantangan yang besar...

Jika kita kompak dan saling mendukung?... Jika kita menjiwai kerja sama yang baik.. Melupakan perbedaan masing masing maka kita akan selalu dapat mengatasi tantangan. Jika kita selami arti dari persahabatan.. Dan kita selalu bersedia untuk berbagi???.....

HIDUP AKAN LEBIH BERARTI DAN KITA AKAN MELEWATI WAKTU MENDATANG DENGAN KEBAHAGIAAN. ..

Jumat, 13 November 2009

Yang Tersayang, Yang terlupakan.

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.
Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.

Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.

Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.

Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna.
Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan.

Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.

Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah.
Sebagai balasannya, kau berteriak."NGGAK MAU!!"

Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola.
Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.

Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.
Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.

Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus bahasamu.
Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.

Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun.
Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.

Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop.
Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain.

Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa.
Sebagai balasannya, kau tunggu sampai dia di keluar rumah.

Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya.
Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.

Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan.
Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya.

Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian ini?"
Sebagai balasannya, kau jawab,"Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan.
Sebagai balasannya, kau katakan,"Aku tidak ingin seperti Ibu."

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh,"Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?"

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,"Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!"

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat.
Sebagai balasannya, kau jawab,"Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu."

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.

Live in Your Life.

Pribadi yang luar biasa akan selalu berdekatan dengan keajaiban-keajaiban. Ada sebuah hal yang sangat unik ketika kira melihat ada orang yang bekerja 7 hari seminggu.. siang dan malam, tetapi hidupnya tetap saja seperti itu. Tetapi di sisi lain ada orang-orang yang bisa bekerja secara biasa-biasa saja.. ia dapat meraih banyak kesuksesan dalam waktu yang cukup singkat, sekalipun dulu ia miskin. Hidupnya selalu dipenuhi dengan keajaiban dan keberuntungan, ia seolah selalu lekat dengan dua hal itu tadi..

Untuk selalu dekat dengan keajaiban-keajaiban tersebut.. minimal, ada tiga hal yang harus dipahami dalam hidup ini. Yaitu:

1. Melihat Semua Sebagai Anugerah

Yup.. mungkin semua tahu, yang dimaksudkan adalah ‘bersyukur atas semuanya’. ‘Semua’ di sini bukan sekedar rahmat Tuhan terhadap hidup kita sendiri.. tetapi benar-benar SEMUANYA.. Jika engkau belum bisa melihat bagaimana langit bisa berwarna biru, bagaimana air selalu mengalir ke tempat yang rendah, dan bagaimana burung bisa bernyanyi sebagai sebuah keajaiban.. engkau belum bisa dianggap bersyukur.

Bumi ini indah, dan telah diciptakan sempurna sebagaimana adanya. Terdiri dari tatanan makrokosmos dan mikrokosmos yang sedemikian rumitnya.. di mana semuanya membentuk sebuah mata rantai yang berujung pada hubungan sebab dan akibat. Memang di sana ada kekerasan, kemunafikan, penipuan, atau apalah.. tapi ini hanya sebuah bagian dari roda yang terus berputar.. untuk mencapai pada sebuah keseimbangan.

Rubahlah cara pandangmu terhadap semesta dan lingkungan sekitar. Bukankah hanya orang-orang yang mengenal keajaiban itu sendiri yang bisa dekat keajaiban? bagaimana keajaiban itu bisa datang dalam hidup anda jika anda sama sekali tidak mengenal.. bahkan tidak bisa melihatnya?

2. Cintai dan Hargailah Hidup

Hargai hidup ini sebagai mukjijat. Bukan hanya sebagian dari hidup anda saja.. melainkan seluruh hidup anda. Termasuk setiap perlakuan tidak enak, setiap kebencian, setiap kesialan, setiap sakit, setiap kemarahan. Hidup bisa diartikan pula sebagai kenyataan yang kita hadapi setiap hari. ‘Menerima kenyataan’ hanyalah sebagian dari mencintai hidup.. dan itu masih belum cukup.. anda harus ‘mencintai kenyataan’ itu sendiri sebagai sebuah bagian dari rantai kehidupan seperti yang telah dibahas di atas.

Apa yang kita lakukan dan ucapkan, bahkan yang kita pikirkan dan rasakan.. akan selalu berpengaruh terhadap lingkungan sekitar.. setiap aura - entah positif maupun negatif yang terpancar dalam diri anda, akan terserap oleh alam.. membentuk sebuah lingkaran besar hubungan timbal balik alam semesta - yang pada akhirnya akan berbalik pada diri anda sendiri. Beberapa orang menyebutnya sebagai karma, sebagian lagi ada yang menyebutnya sebagai hukum tabur-tuai.

Kadangpula lingkaran ini mengalami berbagai penguatan di sana sini, sehingga akibat yang ditimbulkannya juga bisa berlipat ganda.. taburkan kebaikan.. maka anda akan menerima kebaikan pula, lengkap dengan ketulusan dan senyuman.. dan taburkan angin, maka anda akan menuai badai.

3. Berterima Kasih

Berterima kasih berbeda dengan bersyukur. Bersyukur adalah rasa terdalam di hati.. bahkan di alam bawah sadar anda. Tetapi ‘berterima kasih’ adalah aplikasi dari rasa bersyukur itu sendiri. Berterima kasih adalah sebuah tindakan nyata yang harus anda lakukan sebagai tanda bahwa anda sedang bersyukur..

Mencintai sesama dengan tulus hanya salah satunya. Menghargai keluarga, memberi waktu yang cukup bagi mereka, dan bisa memberi apa yang mereka butuhkan adalah salah satu cara.. Jika mungkin, cobalah terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial.. bukan sekedar hanya agar terlihat, sebaliknya, sembunyikan itu.. biar alam saja yang tahu anda sedang berbuat itu..

Jika apa yang anda lakukan hanya sebatas ingin terlihat.. maka rantai balasan syukur sudah anda dapatkan.. dan sebagai akibatnya, alam akan urung membagi rantai balasan pada anda. Berikan tanpa harapkan apapun.. biarkan semuanya itu larut dalam air kehidupan, yang nanti pada waktunya akan mengalami banyak penguatan.. dan suatu saat alam akan membalasnya.. lengkap dengan bunga-bunganya.

Yup.. that’s all for now.. Thank u yah.. Mungkin, uraian di atas memang belum cukup untuk membuka semua misteri keajaiban di hidup ini.. kalo ada tambahan.. tulis komentar yah.. agar aku juga bisa ikut belajar...

Legenda - Hachiko



Hachiko adalah seekor anjing yang lahir di sekitar bulan November 1923 di Odate, Jepang. Ia pindah ke Tokyo, saat majikannya pindah ke sana.

Pemilik anjing itu bernama Eisaburo Ueno. Eisaburo adalah seorang tua yang tinggal sendirian di rumahnya, istrinya sudah meninggal dan anak-anaknya sudah menikah dan tidak tinggal di situ lagi. Eisaburo Ueno bekerja di sebuah universitas di dekat Tokyo sebagai seorang profesor.

Sudah sebuah kebiasaan bagi orang tua itu untuk menaiki kereta listrik di Stasiun Shibuya untuk bekerja. Ia berangkat sekitar jam 8 pagi, dan biasanya ia pulang dan tiba di stasiun itu kembali sekitar jam 5 sore.

Hachiko, si anjing itu, sangat setia menemani tuannya. Setiap pagi ia berjalan bersama tuannya menuju ke Stasiun Shibuya. Setelah ‘melepas kepergian’ tuannya, anjing itu pulang sendiri ke rumah. Dan uniknya tepat sebelum jam 5 sore, anjing itu sudah datang kembali ke stasiun untuk menjemput tuannya.

Kebiasaan ini dilakukannya setiap hari selama beberapa tahun, dan orang-orang di sekitar situ sudah mulai hapal dengan tingkah anjing (dan pemiliknya) itu. Para petugas stasiun pun selalu tersenyum ramah saat melihat anjing itu berlari-lari kecil menjemput tuannya setiap sore.

Tapi malang, pada suatu siang, Eisaburo mendapatkan serangan jantung di universitas tempatnya bekerja. Ia meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis dari rumah sakit. Segenap keluarganya langsung dihubungi oleh pihak universitas untuk menjemput jenazah Eisaburo.

Lalu bagaimana dengan anjing itu ? Ternyata, pada sore harinya anjing itu tetap datang ke stasiun untuk menjemput tuannya, tapi hingga larut malam ia menunggu, ternyata tuannya tidak datang. Anjing itu pulang kembali ke rumah.

Besok sorenya, anjing itu kembali datang ke Stasiun - dan sekali lagi - ia pulang dengan ‘tangan hampa’. Kebiasaan ini ia lakukan setiap hari. Para petugas stasiun dan orang-orang di situ sangat bersimpati dan kadangkala memberinya makan saat ‘menjemput tuannya’.

Beberapa kerabat Eisaburo pun sebenarnya sudah berusaha untuk memelihara dan merawat anjing itu, tetapi tetap saja - setiap sore anjing itu nekat berlari menuju ke stasiun Shibuya.

Tak terasa 11 tahun sudah berlalu, dan anjing itu tetap melakukan aktivitas hariannya menunggu tuannya di stasiun tiap sore - hingga larut malam, bahkan kadang baru pulang besok paginya setelah pulas tertidur di stasiun.

Setelah berumur 15 tahun, anjing itu akhirnya meninggal dunia dalam kesetiaannya, tepat di tempat dimana ia biasa menunggu tuannya.

Untuk memuji dan menghargai kesetiaan anjing itu, orang-orang membangun sebuah patung Hachiko di Stasiun Shibuya. Patung anjing itu masih berdiri kokoh hingga saat ini - sebagai sebuah inspirasi kesetiaan bagi orang-orang yang melewatinya.

Legenda - Hachiko

Hachiko adalah seekor anjing yang lahir di sekitar bulan November 1923 di Odate, Jepang. Ia pindah ke Tokyo, saat majikannya pindah ke sana.

Pemilik anjing itu bernama Eisaburo Ueno. Eisaburo adalah seorang tua yang tinggal sendirian di rumahnya, istrinya sudah meninggal dan anak-anaknya sudah menikah dan tidak tinggal di situ lagi. Eisaburo Ueno bekerja di sebuah universitas di dekat Tokyo sebagai seorang profesor.

Sudah sebuah kebiasaan bagi orang tua itu untuk menaiki kereta listrik di Stasiun Shibuya untuk bekerja. Ia berangkat sekitar jam 8 pagi, dan biasanya ia pulang dan tiba di stasiun itu kembali sekitar jam 5 sore.

Hachiko, si anjing itu, sangat setia menemani tuannya. Setiap pagi ia berjalan bersama tuannya menuju ke Stasiun Shibuya. Setelah ‘melepas kepergian’ tuannya, anjing itu pulang sendiri ke rumah. Dan uniknya tepat sebelum jam 5 sore, anjing itu sudah datang kembali ke stasiun untuk menjemput tuannya.

Kebiasaan ini dilakukannya setiap hari selama beberapa tahun, dan orang-orang di sekitar situ sudah mulai hapal dengan tingkah anjing (dan pemiliknya) itu. Para petugas stasiun pun selalu tersenyum ramah saat melihat anjing itu berlari-lari kecil menjemput tuannya setiap sore.

Tapi malang, pada suatu siang, Eisaburo mendapatkan serangan jantung di universitas tempatnya bekerja. Ia meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis dari rumah sakit. Segenap keluarganya langsung dihubungi oleh pihak universitas untuk menjemput jenazah Eisaburo.

Lalu bagaimana dengan anjing itu ? Ternyata, pada sore harinya anjing itu tetap datang ke stasiun untuk menjemput tuannya, tapi hingga larut malam ia menunggu, ternyata tuannya tidak datang. Anjing itu pulang kembali ke rumah.

Besok sorenya, anjing itu kembali datang ke Stasiun - dan sekali lagi - ia pulang dengan ‘tangan hampa’. Kebiasaan ini ia lakukan setiap hari. Para petugas stasiun dan orang-orang di situ sangat bersimpati dan kadangkala memberinya makan saat ‘menjemput tuannya’.

Beberapa kerabat Eisaburo pun sebenarnya sudah berusaha untuk memelihara dan merawat anjing itu, tetapi tetap saja - setiap sore anjing itu nekat berlari menuju ke stasiun Shibuya.

Tak terasa 11 tahun sudah berlalu, dan anjing itu tetap melakukan aktivitas hariannya menunggu tuannya di stasiun tiap sore - hingga larut malam, bahkan kadang baru pulang besok paginya setelah pulas tertidur di stasiun.

Setelah berumur 15 tahun, anjing itu akhirnya meninggal dunia dalam kesetiaannya, tepat di tempat dimana ia biasa menunggu tuannya.

Untuk memuji dan menghargai kesetiaan anjing itu, orang-orang membangun sebuah patung Hachiko di Stasiun Shibuya. Patung anjing itu masih berdiri kokoh hingga saat ini - sebagai sebuah inspirasi kesetiaan bagi orang-orang yang melewatinya.

NOT MORE

Kemaren malem, waktu membuka buku-buku lamaku yang tertumpuk lesu di pojok ruangan, aku nemu puisi singkat yang mengingatkanku untuk kembali mengucap ‘terima kasih’ kepada Yang Esa.. Sekalipun singkat, Aku nemu makna yang dalem banget dari barisan-barisan kata ini :


Not more of light, I ask God - but eyes to see what is;

Not sweeter songs - but power to hear the present melodies;

Not greater strenght - but how to use the power that I possess;

Not more of love - but skill to turn a frown to a caress.


Kalo diterjemahkan, kurang lebihnya jadi seperti ini :


Bukan cahaya lebih terang yang kuminta ya Tuhan - tetapi mata yang lebih jeli untuk melihat.

Bukan pula lagu yang lebih indah - tetapi kemampuan untuk mendengar setiap nada yang sedang dimainkan.

Bukan pula kekuatan yang lebih besar - tetapi kemampuan untuk menggunakan seluruh daya yang aku miliki.

Bukan pula kasih yang lebih - tetapi kemampuan untuk membalikkan kemarahan menjadi pelukan mesra.

Jangan Menyerah Ya Temannn,.

Punya masalah? yup.. itu hanya sebagian proses dari hidup. Setiap orang akan mengalami itu, tidak peduli ia orang biasa, orang hebat, orang suci, bahkan saya pun akan selalu berhadapan dengan masalah. Saya tidak pernah memandang masalah sebagai cobaan, karena saya masih percaya Sang Khalik tidak menciptakan saya hanya untuk sebagai bahan percobaan.

Masalah, bagi saya adalah sebuah berkah, sebuah pelajaran, sebuah inspirasi. Masalah hanyalah sebuah cara bagaimana Sosok Luar Biasa itu mencoba berbicara kepada saya.

Beberapa orang bijak mengatakan bahwa masalah tercipta karena adanya kesenjangan antara yang terjadi dengan apa yang sedang diinginkan, perbedaan antara kenyataan dan harapan, degradasi antara mimpi dan terjaga.

Jika dilihat dari rumusan ini, maka secara praktis dapat disimpulkan bahwa sumber masalah ialah keinginan, harapan, dan mimpi; maka untuk hidup bahagia dan mencegah timbulnya masalah seseorang harus menjauhkan diri dari keinginan, harapan, dan mimpi pula… dan kenyataan membuktikan beberapa kelompok sudah berusaha menjalankan ‘terapi’ ini..

Benarkah?

Maaf, tapi menurut saya tidak. Tanpa keinginan, harapan, dan mimpi, manusia tidak akan menghasilkan apa-apa.. ia akan kosong. Ia tidak akan memenuhi fungsi dan amanah Sang Khalik yang sudah diembankan kepadanya..

Karena putus asa dan ketidakmampuannya, beberapa orang juga mencoba berlari dan mengingkari keinginan, harapan, dan mimpi yang ia miliki.. salah satu prinsip yang paling populer dipegang ialah “biarkan hidup mengalir seperti air…”

Tapi - maaf - bagi saya, yang mengalir seperti air di sungai dekat rumah saya hanya dua : sampah dan kotoran. Setahu saya, ikan yang hidup di sungai akan terus bergerak, ia akan mempertahankan eksistensinya, ia tidak pernah diam - ia akan terus berenang.. bahkan kalau perlu ia akan melawan arus air itu sendiri.

So….? Don’t give up.. it’s just a part of this beautiful world…

Dibalik masalah akan akan selalu ada pencerahan, coba dengarkan bagaimana lirih Suara itu selalu mencoba berbicara di balik setiap persoalan.. perhatikan itu.. resapi itu..

Sebagai penutup.. ada sebuah lagu - tidak masalah dari mana atau siapa yang menyanyikannya.. semoga lagu ini bisa mengelus hati dan meredam perih siapa saja yang mendengarnya..



Don’t give up, It’s just the weight of the world
When your heart’s heavy, I will lift it for you

Don’t give up, because you want to be heard
If silence keeps you, I will break it for you

Everybody wants to be understood, Well I can hear you
Everybody wants to be loved, Don’t give up,
Because you are loved…

Don’t give up, It’s just the hurt that you hide
When you’re lost inside, I will be there to find you

Don’t give up, because you want to burn bright
If darkness blinds you, I will shine to guide you

Everybody wants to be understood, Well I can hear you
Everybody wants to be loved.. don’t give up
because you are loved…

(Don’t Give Up - Josh Groban)


percaya aja yaa Temannn.. di sana akan selalu ada Mata yang melihat, membimbing, dan menyayangi.. ulurkan semangat, buka tangan dan genggaman, biarkan Dia masuk dalam hidup dan hatimu.. biarkan Dia bicara.. mengatakan tentang bagaimana burung bisa berkicau, tentang luasnya samudra, serta tentang bagaimana sebuah roda kehidupan yang selalu berputar menuju pada kebahagiaan dan keseimbangan.. you’re not alone..

Bertemu adalah Kesempatan, Mencintai adalah Pilihan

Kesempatan akan memberi kita pilihan. Pilihan kita adalah mengambil kesempatan itu atau tidak!

Ketika Anda bertemu dengan seseorang yang membuat Anda tertarik, apa yang akan Anda lakukan? Mungkin hanya sekedar memandangi saja, atau mengajak berkenalan dan ngobrol-ngobrol. Apapun yang Anda lakukan tidak menjadi masalah. Yang perlu Anda ingat adalah Anda telah diberikan kesempatan untuk bertemu dengannya, selanjutnya adalah pilihan apa yang harus Anda ambil. Pilihan akan selalu ada dalam setiap kesempatan. Bahkan ketika Anda berpikir bahwa pilihan Anda hanya tinggal satu-satunya, masih ada satu lagi yang bisa Anda ambil, yaitu tidak mengambil pilihan yang ada tersebut. Tidak mengambil pilihan, juga merupakan suatu pilihan.

Perasaan cinta, simpatik, tertarik akan datang dalam berbagai kesempatan pada kita. Mungkin Anda tidak mau mengambil kesempatan itu untuk menentukan pilihan. Dalam hati Anda berkata, “Saya belum menemukan pasangan jiwa saya”. Mungkin Anda benar, dan mungkin juga Anda salah. Tetapi Anda tidak bisa tahu, apakah dia memang pasangan jiwa Anda bila tidak pernah menentukan pilihan padanya. Hubungan bisa dimulai dan bisa juga diakhiri. Pasangan jiwa bisa benar-benar ada. Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang yang diciptakan hanya untuk Anda. Tetapi sekali lagi, Anda boleh memilih untuk percaya atau tidak percaya, bahwa pasangan jiwa memang ada.

Saat Anda bertemu orang yang Anda anggap sebagai pasangan jiwa. Kesempatan telah menghampiri Anda. Dan selanjutnya, jika Anda memutuskan untuk mencintai orang tersebut, bahkan dengan segala kekurangannya, maka itu adalah pilihan. Bersama dengan seseorang walau apapun yang terjadi, bahkan ketika Anda menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya, daripada pasangan Anda, tetapi Anda tetap mencintainya, itulah pilihan. Pilihan yang baik, saya kira. Tetapi sebaliknya juga, saat Anda memutuskan untuk mengakhiri suatu hubungan dengan pasangan Anda, apapun itu alasannya, itu juga pilihan. Dan akan banyak orang yang mengatakan itu pilihan yang buruk. Tetapi baik atau buruk, semua akan tergantung pada kondisi Anda saat menentukan pilihan.

Berbicara tentang pasangan jiwa, ada suatu kutipan yang mungkin sangat tepat : “Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil “. Anda mungkin telah bersama dengan pasangan jiwa Anda sekarang ini. Anda telah membuat pilihan yang bagus. Tetapi masih ada pilihan selanjutnya menunggu Anda. Yaitu untuk tetap mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa Anda. Dan itu adalah pilihan yang harus kita lakukan. Pilihan CINTA SEJATI.

Dalam kehidupan, kita diberi kesempatan untuk menikmati kehidupan tetapi bagaimana cara kita untuk menjalaninya adalah pilihan yang harus kita tentukan. Setiap orang akan mengambil pilihan yang berbeda-beda dan itu semua akan saling melengkapi satu sama lain. Maka dalam hubungan dengan pasangan kita, masing-masing dari kita akan mengambil peran masing-masing untuk saling melengkapi. Saling memberi dan menerima. Bertumbuh bersama dengan dasar cinta sejati yang sudah kita miliki.

Sebuah ungkapan yang bagus untuk direnungkan: “Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai, tetapi untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna”

Kamis, 12 November 2009

Terima Kasih Ayah.

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin.

Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat
miskin.

Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya. "Bagaimana perjalanan kali ini?"

"Wah, sangat luar biasa Ayah"

"Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin" kata ayahnya.

"Oh iya" kata anaknya

"Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?" tanya ayahnya.

Kemudian si anak menjawab.

"Saya saksikan bahwa :

Kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat.

Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke
tengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang
tidak ada batasnya.

Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan
mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.

Kita memiliki patio sampai ke halaman depan,
dan mereka memiliki cakrawala secara utuh.

Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal
dan mereka memiliki ladang yang melampaui
pandangan kita.

Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita,
tapi mereka melayani sesamanya.

Kita membeli untuk makanan kita,
mereka menumbuhkannya sendiri.

Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan
kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat
untuk saling melindungi."

Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.

Kemudian sang anak menambahkan "Terimakasih Ayah, telah menunjukkan
kepada saya betapa miskinnya kita."

Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus
memikirkan apa yang tidak kita punya.

Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan
dambaan bagi orang lain.

Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang.

Membuat kita bertanya apakah yang akan terjadi jika kita semua
bersyukur kepada Tuhan sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang
telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk
meminta lebih.

Jati Diri

Ditengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar sedang bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa.

Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bisa menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah dan tak berdaya?

Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil tertaih-tatih ombak kecil berteriak: “Hai ombak besar. Tunggu!”

Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati arah datangnya suara. “Ada apa sahabat?” Jawab ombak besar dengan suara menggelegar hebat.

“Aih.pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bisa begitu besar? Begitu kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku. ah. begitu kecil, lemah dan tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu berbeda, wahai ombak besar?”

Ombak besar pun menjawab, “Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri kecil dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan luar biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu sendiri”. “Jati diri? Hakikat diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini apa?” Tanya ombak kecil, “Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak mengerti.”

Ombak besar meneruskan, “Memang di antara kita terasa berbeda tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi, kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku, kuat gagah dan perkasa.”

Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran dalam diri ombak kecil. “Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku adalah air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita.”

Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan potensi dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya, mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan kesadaran.

Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita memvonis keadaan itu sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos: aku tidak beruntung, nasibku jelek, aku orang gagal, dan lebih parah lagi menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk “ketidakadilan” Tuhan.

Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu, jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap tantangan dengan mental yang optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.

“Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa sukses, kita pun bisa sukses!”

Aku Dan Chaby.

Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa chaby berjalan-jalan.
chaby adalah seekor kucing kesayanganku.
Aku tak dapat jalan terlalu cepat, chaby sudah berusaha keras merangkak, Setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit

Aku mendesak, menghardik, memarahinya, Chaby memandangku dengan pandangan meminta-maaf, Serasa berkata : "aku sudah berusaha
dengan segenap tenaga!"
Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, chaby terluka.
Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan.
Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor kucing berjalan-jalan.

Ya Tuhan! Mengapa ? Langit sunyi-senyap

Biarkan saja chaby merangkak didepan, dan aku berjalan kesal dibelakang, pelankan langkah, tenangkan hati....

Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga.
Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut.
Oohh Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing.
Dan malam itu aku lihat langit penuh bintang cemerlang.
Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini?
Barulah aku teringat, Mungkin aku telah salah menduga!

Ternyata Tuhan meminta chaby menuntunku hingga aku
dapat mamahami dan merasakan setiap detik keindahan dan setiap langkah di hidup ini yang tak pernah kualami bila aku berjalan sendiri dengan cepat dan tidak bisa menikmati setiap saat yg aku lalui.

"He's here and with me for a reason"

Saat bertemu dengan orang
yang benar-benar engkau kasihi,
Haruslah berusaha memperoleh
kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu.
Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.

Saat bertemu teman yang dapat
dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman
sejati tak mudah ditemukan.

Saat bertemu penolongmu,
Ingat untuk bersyukur padanya.
Karena ialah yang mengubah hidupmu

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai,
Ingatlah dengan tersenyum untuk
berterima-kasih .
Karena ia lah orang yang membuatmu
lebih mengerti tentang kasih.

Saat bertemu orang yang pernah kau
benci,
Sapalah dengan tersenyum.
Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.

Saat bertemu orang yang pernah
mengkhianatimu,
Baik-baiklah berbincanglah dengannya.
Karena jika bukan karena dia, hari ini
engkau tak memahami dunia ini.

Saat bertemu orang yang pernah diam-
diam kau cintai,
Berkatilah dia.
Karena saat kau mencintainya, bukankah
berharap ia bahagia ?

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa
meninggalkanmu,
Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada
dalam hidupmu.
Karena ia adalah bagian dari
nostalgiamu

Saat bertemu orang yang pernah salah-
paham padamu,
Gunakan saat tersebut untuk
menjelaskannaya.
Karena engkau mungkin hanya punya satu
kesempatan itu saja untuk menjelaskan.

Saat bertemu orang yang saat ini
menemanimu seumur hidup,
Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia
mencintaimu.
Karena saat ini kalian mendapatkan
kebahagiaan dan cinta sejati



Untuk Kucing kesayanganku, Chaby!

Rabu, 11 November 2009

Seseorang yang mencintai kamu.

1. Seseorang yang mencintai kamu, tidak bisa memberikan alasan mengapa, ia mencintaimu. Dia hanya tahu, dimata dia, kamulah satu satunya.



2. Seseorang yang mencintai kamu, sebenarnya selalu membuatmu marah
/gila /jengkel / stres. Tapi ia tidak pernah tahu hal bodoh apa yang sudah
ia lakukan, karena semua yang ia lakukan adalah untuk kebaikanmu.



3. Seseorang yang mencintai kamu, jarang memujimu, tetapi di dalam
hatinya kamu adalah yang terbaik, hanya ia yang tahu.



4. Seseorang yang mencintai kamu, akan marah-marah atau mengeluh jika
kamu tidak membalas pesannya atau telp-nya, karena ia peduli dan ia tidak ingin sesuatu terjadi ke kamu...



5. Seseorang yang mencintai kamu, hanya menjatuhkan airmatanya
dihadapanmu. Ketika kamu mencoba untuk menghapus air matanya, kamu telah menyentuh hatinya, dimana hatinya selalu berdegup / berdenyut /bergetar untuk kamu.



6. Seseorang yang mencintai kamu, akan mengingat setiap kata yg kamu
ucapkan, bahkan yang tidak sengaja dan ia akan selalu menggunakan kata2 itu tepat waktunya...



7. Seseorang yang mencintai kamu, tidak akan memberikan janji apapun
dengan mudah, karena ia tidak mau mengingkari janjinya. Ia ingin kamu untuk mempercayainya dan ia ingin memberikan hidup yang paling bahagia dan aman selama-lamanya.



8. Seseorang yang mencintai kamu, mungkin tidak bisa mengingat
kejadian/ kesempatan istimewa, seperti perayaan hari ulang tahunmu, tapi ia tahu bahwa setiap detik yang ia lalui, ia mencintai kamu, tidak peduli hari apakah hari ini.



9. Seseorang yang mencintai kamu, tidak mau berkata Aku mencintaimu
dengan mudah, karena segalanya yang ia lakukan untuk kamu adalah untuk menunjukkan bahwa ia siap mencintaimu, tetapi hanya ia yg akan mengatakan kata "I LOVE U" pada situasi yang spesial, karena ia tidak mau kamu salah mengerti, dia mau kamu mengetahui bahwa ia mencintai dirimu.



10. Seseorang yang benar2 mencintai kamu, akan merasa bahwa sesuatu
harus dikatakan sekali saja, karena ia berpikir bahwa kamu telah mengerti
dirinya. Jika berkata terlalu banyak, ia akan merasa bahwa tidak ada yang
akan membuatnya bahagia / tersenyum.



11. Seseorang yang mencintai kamu, akan pergi ke airport untuk menjemput kamu, dia tidak akan membawa seikat mawar dan memanggilmu sayang seperti yang kamu harapkan. Tetapi, ia akan membawakan kopermu dan menanyakan : Mengapa kamu menjadi lebih kurus dalam waktu 2 hari ?Dengan hatinya yang tulus.



12. Seseorang yang mencintai kamu, tidak tahu apakah ia harus menelponmu ketika kamu marah, tetapi ia akan mengirimkan pesan setelah beberapa jam.
Jika kamu menanyakan : mengapa ia telat menelepon, ia akan berkata : Ketika kamu marah, penjelasan dari dirinya semua hanyalah sampah. Tetapi, ketika kamu sudah tenang, penjelasannya baru akan benar2 bekerja / manjur / berguna...



13. Seseorang yang mencintaimu, akan selalu menyimpan semua benda2 yang telah kamu berikan, bahkan kertas kecil bertuliskan 'I LOVE U' ada didalam dompetnya...



14. Seseorang yang mencintaimu, jarang mengatakan kata2 manis. Tapi kamu tahu, 'kecupannya' sudah menyalurkan semua. Seseorang yang mencintai kamu, akan selalu berusaha membuat mu tersenyum dan tertawa walau terkadang caranya membingungkanmu ... Seseorang yang mencintaimu, akan membalut hatimu yang pernah terluka dan menjaganya dengan setulus hati agar tidak terluka lagi dan ia akan memberikanmu yang terbaik walau harus menyakiti hatinya sendiri. Seseorang yang mencintaimu, akan rela melepaskanmu pergi bila bersamanya kamu tidak bahagia dan ia akan ikut bahagia walau kamu yang dicintainya bahagia bersama orang lain.

Saya Belajar.

Saya belajar,
bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya.
saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai..

Saya belajar,
bahwa butuh waktu bertahun-tahun
untuk membangun kepercayaan dan hanya
beberapa detik saja untuk menghancurkannya....

Saya belajar,
bahwa sahabat terbaik bersama saya
dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu
terbaik...

Saya belajar,
bahwa orang yang saya kira
adalah orang yang jahat,
justru adalah orang yang membangkitkan
semangat hidup saya kembali serta
orang yang begitu perhatian pada saya...

Saya belajar,
bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh
walau dipisahkan oleh jarak yang jauh,
Beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati....

Saya belajar,
bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian
seperti yang saya inginkan,
bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya....

Saya belajar,
bahwa sebaik-baiknya pasangan itu,
mereka pasti pernah melukai perasaan saya....
dan untuk itu saya harus memaafkannya...

Saya belajar,
bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri dan orang lain...
kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus-menerus...

Saya belajar,
bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya,
tapi saya harus bertanggung jawab untuk apa yang saya telah lakukan..

Saya belajar
bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda,
tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda...

Saya belajar,
bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki
tapi yang penting adalah siapa saya ini sebenarnya...

Saya belajar,
bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini,
semua butuh proses dan pertumbuhan,
kecuali saya ingin sakit hati...

Saya belajar
bahwa saya harus memilih
apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang
menguasi diri saya...

Saya belajar,
bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti
saya harus benci dan berlaku bengis....

Saya belajar,
bahwa kata-kata manis tanpa tindakan adalah saat perpisahan dengan
orang yang saya cintai...

Saya belajar,
bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering diambil segera
dari kehidupan saya...


Selamat Belajar KAWAN-KAWAN....... !!
Tetap Semangat, Tetap Tersenyum ^_^

“Lepaskan dan kamu akan mendapatkan”

Seorang teman mengirimkan saya sebuah pesan tentang apa yg sedang dia hadapi didalam kehidupan pribadinya, sebuah pertanyaan yang sering juga saya dengar.

“ apakah saya harus mengakhirinya/melepaskannya, atau apakah saya harus mempertahankannya? Saya bingung, disisi lain saya ingin menjaga perasaannya, disisi lain, saya juga bimbang dengan perasaan saya?”

Baiklah teman! mudah2an cerita berikut dapat menjawab apa yg sedang kamu hadapi!

---------------------***------------------

“Lepaskan dan kamu akan mendapatkan”

Suatu hari seorang bapak tua hendak menumpang bus.
Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan.

Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut kembali sepatu yang terlepas tadi.

Lalu si bapak tua itu dengan tenang melepaskan sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.

Saya yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, "Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak, Mengapa Anda melempakan sepatu Anda yang sebelah/satunya juga ?"
Si bapak tua menjawab, "Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya."

Note :

Apa yang saya dapatkan dari cerita di atas, adalah memahami filosofi dasar dalam hidup, jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya.

Kita kehilangan banyak hal! di sepanjang masa hidup.
Kehilangan tersebut pada awalnya tampak seperti tidak adil bagi kita dan merisaukan, tapi itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita.

Kalimat di atas tidak dapat diartikan kita hanya boleh kehilangan hal-hal jelek saja. Kadang, kita juga kehilangan banyak hal-hal baik dalam hidup.

Ini semua dapat diartikan : supaya kita bisa menjadi dewasa secara emosional dan spiritual, pertukaran antara kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu haruslah terjadi.

Seperti si bapak tua dalam cerita tadi, kita harus belajar untuk melepaskan
sesuatu.

Tuhan sudah menentukan bahwa memang itulah saatnya si bapak
tua kehilangan sepatunya.

Mungkin saja peristiwa itu terjadi supaya si bapak tua nantinya bisa mendapatkan sepasang sepatu yang lebih baik.

Satu sepatu hilang. Dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak
bernilai bagi si bapak. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela,
sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkan.

Yang perlu kita sadari adalah Ketika pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang
lain terbuka. Tetapi, seringkali kita memandang terlalu lama pada pintu yang tertutup hingga kita tidak melihat pintu yang lain, yang telah terbuka bagi kita.

Mereka yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki yang terbaik dari segala sesuatu. Mereka hanya mengoptimalkan segala sesuatu yang datang dalam perjalanan hidup mereka.

Kadang ada hal-hal yang tdk ingin kita lepaskan, orang - orang yang tdk ingin kita tinggalkan tapi ada saatnya dimana kita harus berhenti mencintai seseorang bukan karena orang itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

Memang, kadang ada hal yang menyakitkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu, dan pada akhirnya menjadi tidak berarti lagi, dan kamu harus membiarkannya pergi.

Berkeras mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal atau seseorang masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita lebih baik bersama yang lain.

Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika
kebahagiaan kita sangat bergantung pada orang itu.

Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika
kita merasa dia itu ganteng, cantik, teristimewa dibandingkan dgn yang lain.

Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika
kita takut tidak dapat menemukan yang seperti dia.

Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika
begitu banyak saat-saat indah senantiasa terbayang di benak kita.

Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika hati kita berkata "Saya sangat mencintainya".

Ingatlah !! Melepaskan bukanlah akhir dari dunia melainkan awal dari suatu kehidupan baru...

Kita harus melepaskan seseorang karena kebahagiaan
kita tidak tergantung padanya.

Kita harus melepaskan seseorang karena kita
menyadari yang ganteng,yang cantik, yang istimewa belum tentu yang terbaik
buat kita.

Kita harus melepaskan seseorang karena kita tahu
jika Tuhan mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.

Kita harus melepaskan seseorang ketika saat-saat indah hanyalah tinggal masa lalu.

Kita harus melepaskan seseorang karena kepala kita
berkata "tidak ada lagi yang dapat dipertahankan".

Kegagalan tidak berarti Anda tidak mencapai apa-apa...
namun Anda telah memahami sesuatu...!

Segala sesuatu ada waktunya, ada saat mempertahankan, ada saat melepaskan...!!

Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya.

Kita harus berani melepaskan ketika Tuhan menyentuh hati kita dan berkata kepada kita : "Lepaskan!"

Apapun yang saya tulis hari ini, tidak akan menjadi apa-apa, kalau kamu masih belum memutuskan apa yang bisa kamu lakukan untuk dirimu hari ini.

Selasa, 10 November 2009

Tidak Selalu Harus Berwujud "Bunga"

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, harus saya akui, bahwa saya mulai merasa lelah.

Alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang.

Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

"Mengapa?" tanya suami saya dengan terkejut.

"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan" jawab saya.

Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?


Dan akhirnya suami saya bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah pikiran kamu?"


Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan mengubah pikiran saya. Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."

Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coret-coretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan...


"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."


Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu 'teman baik kamu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu khawatir kamu akan menjadi 'aneh'. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."

"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."

"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."

"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian saya."

"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih daripada saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat
membahagiakan kamu."


Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.


"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."


"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia."


Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang segelas susu dan roti kesukaan saya.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih daripada dia mencintai saya.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".

Perempuan Lain.

Setelah beberapa tahun menikah, saya tiba-tiba menemukan cara baru dalam menyalakan api cinta kami. Demikian tulis seorang pria yang ingin berbagi pengalaman.

Beberapa waktu lalu istri saya mengusulkan agar saya berkencan dengan seorang perempuan lain, besok malam.
"Kamu akan mencintainya," kata istri.
"Apa-apaan sih," protes saya. "Mengapa kamu tidak ikut?"
"Itu acara kamu berdua sama dia," jawab istri.

Perempuan yang dimaksudnya adalah ibu saya yang telah menjanda selama 19 tahun belakangan ini. Saya jarang menemuinya karena kesibukan kerja dan mengurus tiga anak kami.

Malam itu saya telepon ibu, mengajaknya makan malam dan nonton film.
Berdua saja.

"Ada apa dengan istrimu?" kata ibu dari ujung telepon.


Ibu saya adalah tipe yang selalu curiga kalau menerima telepon di tengah malam atau undangan yang datangnya tiba-tiba. Bagi dia, itu pasti akan membawa berita buruk.
"Saya pikir, pasti akan menyenangkan kalau kita sekali-sekali ke luar berdua saja," jawab saya.
"Ibu mau sekali," jawabnya setelah terdiam beberapa lama. Aha, dia masih curiga.

Besok malam, sepulang kantor saya ke rumah ibu.
Dia terlihat agak senewen tapi berdandan resmi sekali. Ibu jelas telah menata rambutnya di salon, dan dia memakai gaunnya yang terbaik. Gaun yang dipakai pada pesta ulangtahun perkawinan yang terakhir ketika ayah masih hidup.

Ibu menyambut saya dengan senyum lebar.
"Saya bilang ke kawan-kawan tentang rencana kita ini. Mereka semua kaget
dan merasa ikut senang seperti ibu sekarang," kata ibu seraya masuk mobil.
"Mereka bilang besok pagi ingin tahu ceritanya."

Kami pergi ke restoran yang agak mahal. Suasananya elegan, menyenangkan.
Ibu menggandeng lengan saya ketika memasuki ruangan, persis seperti First Lady.
Jalannya anggun.

Saya harus membacakan daftar menu karena ibu tak bisa lagi membacanya walau dengan kacamata tebal.
Ketika sedang membaca daftar itu, saya berhenti sejenak menengok ke ibu.
Dia sedang memandangi saya dengan senyum kasih.
"Dulu, ibu yang membacakan kamu daftar menu ketika kau masih kecil," katanya.

"Sekarang ibu santai saja. Giliran saya yang melayani ibu," jawab saya.
Sambil makan, kami membincangkan banyak hal sehari-hari. Tidak ada topik
yang istimewa tapi obrolan mengalir saja sampai-sampai kami terlambat untuk menonton film.

Mengantarnya pulang, di muka pintu ibu berkata, "Ibu mau pergi lagi dengan kamu, tapi lain kali ibu yang bayar."
Saya setuju.

"Bagaimana kencanmu?" tanya istri saya di rumah.
"Sangat menyenangkan. Lebih dari yang saya duga. Tadinya tidak tahu mau ngomong apa."

Lalu .................................

Beberapa hari kemudian, ibu meninggal karena serangan jantung.
Begitu tiba-tiba kejadiannya, saya tidak sempat berbuat apa-apa untuk menolongnya.

Satu minggu berlalu, sepucuk surat tiba dari restoran tempat ibu dan saya makan malam. Surat itu dilampiri kopi tanda lunas. Ada selembar kertas diselipkan di situ, tertuliskan:

"Ibu sudah bayar makan malam kita karena rasanya tak mungkin kita makan bersama lagi. Walaupun begitu, ibu sudah bayarkan untuk dua orang, barangkali untuk kau dan istrimu.
Anakku, besar sekali arti undanganmu malam itu."

........................................

Pada detik itulah saya mengerti apa pentingnya arti bahwa kita mengatakan kepada orang-orang yang kita sayangi mengenai perasaan kita itu.

Tidak ada hal yang lebih penting dalam hidup daripada Tuhan dan keluarga.

Berikan waktu Anda untuk mereka, jangan sampai terlambat untuk mengatakan 'nanti'.

........................................

I love U Mom...

H2H | Motivasi.

Kalau engkau tak sanggup menjadi beringin yang tumbuh di
puncak bukit, jadilah saja belukar. Tetapi belukar yang
terbaik yang tumbuh di tepi danau.

Kalau engkau tak sanggup jadi belukar, jadilah saja rumput. Tapi rumput yang terbaik yang memperkuat tanggul pinggiran jalan.

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya, jadilah saja jalan kecil, yang
membawa orang ke mata air.

Tak semua menjadi nakhoda, Tentu ada awak kapalnya.
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya
dirimu. Jadilah saja dirimu, sebaik-baiknya dirimu sendiri.

Tidak perlu menunggu untuk menjadi orang lain, jadilah yang terbaik dari dirimu sendiri, bukankah masih banyak hal yg bisa menjadikan diri kita ini menjadi yang terbaik bukan...

Sepucuk Surat dari Seorang Ayah.

Aku tuliskan surat ini atas nama rindu, yang besarnya hanya Tuhan yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang laki-laki kepada seorang laki-laki :

Surat Seorang Ayah

Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.

Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.

Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu.

Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.

Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.

Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata dihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.

Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu.Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.

Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit.

Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memelukdan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.

Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya. Dari ayah yang senantiasa merindukanmu.



"However and Whatever...
Your dad is the best father for you..."

Ngga tau mo kasih Judul apa? ^_^

Beberapa tahun lalu, saya pernah mendapat hadiah unik berupa lima ratus keping puzzle. Supaya bisa membentuk gambar yang indah, saya harus menyusun lima ratus keping itu di tempat yang tepat. Menyusunnya tidaklah mudah dan memakan waktu lama, sebab setiap keping itu tampak serupa walau sesungguhnya masing-masing unik. Baru setelah tersusun rapi, saya puas melihat gambar indah yang terbentuk.

Saat penyusunan puzzle, saya jadi ingat akan kehidupan di sekitarku.. setiap kita ini bagaikan sekeping puzzle. Tanpa orang lain, setiap kelebihan dan kekurangan yang kita miliki menjadi sia-sia. kelebihan dan kekurangan itu baru berfungsi ketika tiap-tiap orang mau hidup saling berbagi, saling mengisi, dan saling melayani.

‘Klik’ dalam setiap puzzle itu seakan melambangkan kelebihan hanya akan berguna saat kita bertemu orang lain, dan kekurangan akan terkikis saat kita dirangkul orang lain… Pada saat itulah, seperti puzzle - kehidupan manusia akan disusun dengan rapi oleh TUHAN.. menjadi sebuah gambar kehidupan yang indah dan harmony.

Kita, seringkali menganggap dunia ini sebagai sesuatu yang sulit. Dunia, dalam pikiran kita, adalah potongan gambar-gambar yang tak runut. Potongan-potongan itu pulalah yang kita susun dengan perasaan takut. Dunia, bagi kita, adalah tempat segala masalah bersatu. Dan kita merangkainya dengan hati penuh pilu.

Dengan kata lain, dunia, bagi kita, adalah layaknya benang kusut, yang penuh dengan keruwetan, ketakteraturan, dan kesumpekan. Dunia, bagi kita yang mengaku dewasa, adalah amarah, angkara, dengki, dan dendam, iri dan maki serta tangis dan nestapa.

Padahal, kalau kita mau menjenguk sisi lain dunia, ada banyak keindahan yang hadir disana. Ada banyak kenyamanan dan kesenangan yang mampu diwujudkannya. Ya, asalkan kita mau menjenguknya, melihat dengan lebih tekun dan jeli. Mencermati setiap bagian dari dunia yang kita sukai.

Jalin-jemalin kenyamanan yang dapat dirangkai dalam dunia, adalah sesuatu yang indah. Disana akan kita temukan kesejukan, ketenangan, kesunyian, keteraturan, keterpaduan dan segalanya, asalkan kita mau menjenguknya.

Jadi, mana potongan gambar dunia mana yang akan Anda susun? Dunia yang penuh angkara, atau dunia yang penuh cinta? Dunia yang penuh duri, atau dunia yang penuh peduli? Anda sendirilah yang akan menyusun potongan-potongan gambar itu. Susunan yang Anda pilih, akan membentuk kehidupan Anda.

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.
Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.

Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.

Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan
merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.
Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada orang lain.

Kita tak dapat memaksa TUHAN untuk memberi kelebihan atau kekurangan tertentu. Dia akan memberikannya “seperti yang dikehendaki-Nya”, bukan yang kita inginkan melainkan yang kita butuhkan. Lebih penting lagi, jika mau merelakan diri untuk dibentuk dan ditempatkan TUHAN pada posisi yang tepat dalam kehidupan.

Bukan cahaya lebih terang yang kuminta ya Tuhan - tetapi mata yang lebih jeli untuk melihat.

Bukan pula lagu yang lebih indah - tetapi kemampuan untuk mendengar setiap nada yang sedang dimainkan.

Bukan pula kekuatan yang lebih besar - tetapi kemampuan untuk menggunakan seluruh daya yang aku miliki.

Bukan pula kasih yang lebih - tetapi kemampuan untuk membalikkan kemarahan menjadi pelukan mesra.

Selamat menyusun potongan hidup Anda!!

Pakaian Kebahagiaan

Suatu ketika, tersebutlah seorang raja yang kaya raya. Kekayaannya sangat melimpah. Emas, permata, berlian, dan semua batu berharga telah menjadi miliknya. Tanah kekuasaannya, meluas hingga sejauh mata memandang. Puluhan istana, dan ratusan pelayan siap menjadi hambanya.

Karena ia memerintah dengan tangan besi, apapun yang diinginkannya hampir selalu diraihnya. Namun, semua itu tak membuatnya merasa cukup. Ia selalu merasa kekurangan. Tidurnya tak nyenyak, hatinya selalu merasa tak bahagia. Hidupnya, dirasa sangatlah menyedihkan.

Suatu hari, dipanggillah salah seorang prajurit tebaiknya. Sang Raja lalu berkata, “Aku telah punya banyak harta. Namun, aku tak pernah merasa bahagia. Karena itu, ujar sang raja, “aku akan memerintahkanmu untuk memenuhi keinginanku. Pergilah kau ke seluruh penjuru negeri, dari pelosok ke pelosok, dan temukan orang yang paling berbahagia di negeri ini. Lalu, bawakan pakaiannya kepadaku.”

“Carilah hingga ujung-ujung cakrawala dan buana. Jika aku bisa mendapatkan pakaian itu, tentu, aku akan dapat merasa bahagia setiap hari. Aku tentu akan dapat membahagiakan diriku dengan pakaian itu. Temukan sampai dapat! ” perintah sang Raja kepada prajuritnya. “Dan aku tidak mau kau kembali tanpa pakaian itu. Atau, kepalamu akan kupenggal !!

Mendengar titah sang Raja, prajurit itupun segera beranjak. Disiapkannya ratusan pasukan untuk menunaikan tugas. Berangkatlah mereka mencari benda itu. Mereka pergi selama berbulan-bulan, menyusuri setiap penjuru negeri. Seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, seperti perintah Raja. Di telitinya setiap kampung dan desa, untuk mencari orang yang paling berbahagia, dan mengambil pakaiannya.

Sang Raja pun mulai tak sabar menunggu. Dia terus menunggu, dan menunggu hingga jemu. Akhirnya, setelah berbulan-bulan pencarian, prajurit itu kembali. Ah, dia berjalan tertunduk, merangkak dengan tangan dan kaki di lantai, tampak seperti sedang memohon ampun pada Raja. Amarah Sang Raja mulai muncul, saat prajurit itu datang dengan tangan hampa.

“Kemari cepat!!. “Kau punya waktu 10 hitungan sebelum kepalamu di penggal. Jelaskan padaku mengapa kau melanggar perintahku. Mana pakaian kebahagiaan itu!” gurat-gurat kemarahan sang raja tampak memuncak.

Dengan airmata berlinang, dan badan bergetar, perlahan prajurit itu mulai angkat bicara. “Ampun tuanku, aku telah memenuhi perintahmu. Aku telah menyusuri penjuru negeri, seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, untuk mencari orang yang paling berbahagia. Akupun telah berhasil menemukannya.

Kemudian, sang Raja kembali bertanya, “Lalu, mengapa tak kau bawa pakaian kebahagiaan yang dimilikinya?

Prajurit itu menjawab, “Ampun beribu ampun, duli tuanku, orang yang paling berbahagia itu, TIDAK mempunyai pakaian yang bernama kebahagiaan.”


*** NOTE ***

Teman, bisa jadi, memang tak ada pakaian yang bernama kebahagiaan. Sebab, kebahagiaan, seringkali memang tak membutuhkan apapun, kecuali perasaan itu sendiri. Rasa itu hadir, dalam bentuk-bentuk yang sederhana, dan dalam wujud-wujud yang bersahaja.

Seringkali memang, kebahagiaan tak di temukan dalam gemerlap harta dan permata. Seringkali memang, kebahagiaan, tak hadir dalam indahnya istana-istana megah. Dan ya, kebahagiaan, seringkali memang tak selalu ada pada besarnya penghasilan kita, mewahnya rumah kita, gemerlap lampu kristal yang kita miliki, dan indahnya jalinan sutra yang kita sandang.

Seringkali malah, kebahagiaan hadir pada kesederhanaan, pada kebersahajaan. Seringkali rasa itu muncul pada rumah-rumah kecil yang orang-orang di dalamnya mau mensyukuri keberadaan rumah itu. Seringkali, kebahagiaan itu hadir, pada jalin-jemalin syukur yang tak henti terpanjatkan pada Ilahi.

Sebab, teman, kebahagiaan itu memang adanya di hati, di dalam kalbu ini. Kebahagiaan, tak berada jauh dari kita, asalkan kita mau menjumpainya. Ya, asalkan kita mau mensyukuri apa yang kita punyai, dan apa yang kita miliki.

Adakah “pakaian-pakaian kebahagiaan” itu telah Anda sandang dalam hati? Temukan itu dalam diri.

Sang Dadu

Beberapa hari lalu saya mendapatkan beberapa pesan2 dari seorang sahabat, apa dan bagaimana hidup ini berlaku, apa dan bagaimana proses itu bekerja?

mudah2an tulisan saya kali ini bisa sedikit membantu apa yg selama ini kamu risaukan dalam hidup.

Baca dengan seksama dan ambil maknanya...

-------------------****----------------------

"Sang dadu"

Ketika saya pulang di sebuah senja, saya masih melihatnya duduk di sana.
Seorang wanita empat puluhan duduk dalam kiosnya di tepi seruas jalan di kotaku yang telah ribuan kali kulewati. Puluhan tahun yang lalu ketika usia saya masih belum genap sembilan tahun, kios itu
sudah ada disana.

Menjajakan majalah, koran, dan sejumlah barang kelontong.
Ketika itu mobil kami berhenti di depan kiosnya dan wanita itu datang
menghampiri membawa apa yang biasanya kami inginkan, majalah dan Koran terbaru hari itu.

Demikian terjadi sepekan sekali sepulang sekolah selama bertahun-tahun hingga tiba saatnya saya beranjak remaja dan berganti selera baca, saya tak lagi menemui wanita itu.

Di senja itu, tatapan mata saya ke luar angkot yang tengah membawa saya pulang ke rumah, menyapu kios itu dan wanita yang sama di dalamnya. Bedanya, kali ini ia tak lagi menjajakan koran dan majalah. Hanya rokok, minuman cola, air mineral, dan sejumlah barang lain.

Apakah itu semacam kemunduran perniagaan, saya tak tahu persis.
Yang tampak jelas bagi sel-sel kelabu saya adalah kenyataan bahwa ia, untuk menafkahi hidupnya, masih saja duduk di tempat yang sama, setelah lewat bertahun-tahun.

Suatu sore lain dalam sebuah gerbong kereta yang saya tumpangi, saya menatap puluhan gubuk dan rumah petak di sepanjang lintasan rel yang menuju stasiun Senen. Benak saya digelayuti iba dan juga pertanyaan.
Sejumlah gerobak mie ayam melintas di jendela dengan cepat. Apa yang begitu menarik dari kota ini, begitu pertanyaan saya, sehingga mereka sanggup bertahan dalam kepapaannya di tengah gemuruh
Jakarta yang keras.

Apakah itu nasib? Adakah nasib yang membuat Ibu penjaja koran yang tinggal di Semarang dan mereka yang tinggal di kompleks kumuh Jakarta tetap bertahan di sana? Bagaimana bisa kita memahami nasib? Saya tak bisa.

Tetapi keponakan teman saya yang berumur lima tahun punya petunjuknya.
Saat itu saya sedang bermain berdua dengannya : Ular-Tangga.

Setelah beberapa lama bermain dan bosan mulai merambati benak,
saya meraih surat kabar dan mulai membaca-baca. Keponakan teman saya itu, kemudian berkata, "Ayo jalan! Gililan Om. Kalo nggak jalan juga, Om bakal nggak naik-naik, di situ telus, dan mainnya nggak selesai-selesai."

Tiba – tiba saya tersadar.

Ular-Tangga, permainan semasa kita kanak-kanak, adalah contoh yang bagus tentang permainan nasib manusia. Ada petak-petak yang harus dilewati.
Ada Tangga yang akan membawa kita naik ke petak yang lebih tinggi. Ada Ular yang akan membuat kita turun ke petak di bawahnya.

Kita hidup. Dan sedang bermain dengan banyak papan Ular-Tangga. Ada papan yang bernama kuliah. Ada papan yang bernama karir. Suka atau tidak dengan permainan yang sedang dijalaninya, setiap orang harus melangkah.
Atau ia terus saja ada di petak itu. Suka tak suka, setiap orang harus
mengocok dan melempar dadunya. Dan sebatas itulah ikhtiar manusia:

melempar dadu (dan memprediksi hasilnya dengan teori peluang). Hasil akhirnya, berapa jumlahan yang keluar, adalah mutlak

Semua itu Kuasa Tuhan.

Apakah Ular yang akan kita temui, ataukah Tangga..???
Allah lah yang mengatur. Kuasa kita hanyalah sebatas melempar dadu dan terus berjalan dengan segala upaya.

Malangnya, ada juga manusia yang enggan melempar dadu dan menyangka bahwa itulah nasibnya. Bahwa di situlah nasibnya, di petak itu. Mereka yang malang itu, terus saja ada di sana. Menerima keadaan sebagai Nasib, tanpa pernah melempar dadu. Mereka yang takut melempar dadu, takkan pernah beranjak ke mana-mana.

Mereka yang enggan melempar dadu, takkan pernah menyelesaikan permainannya.

Sampai tulisan ini saya buat. Saya hanya berharap pada teman-teman semua.

Setiap kali menemui Ular, lemparkan dadumu kembali.
Optimislah bahwa di antara sekian lemparan, kau akan menemukan Tangga.

Beda antara orang yg optimis dan pesimis bila keduanya sama-sama gagal, Si Pesimis menemukan kekecewaan dan Sang Optimis mendapatkan harapan.


TETAP SEMANGATTT…!!, TETAP TERSENYUMMM…!! “Keep Smiling”

Bukankah kita tidak Sempurna?

Bertahun-tahun yang lalu, Aku berdoa kepada Tuhan untuk memberikan pasangan hidup, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab. Tidak hanya Aku meminta kepada Tuhan, Aku menjelaskan kriteria pasangan yang kuinginkan. Aku menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Aku bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini kuimpikan. Sejalan dengan berlalunya waktu, Aku menambahkan daftar kriteria yang kuinginkan dalam pasanganku.

Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hatiku," Hamba-Ku, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan. " Aku bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan Ia menjawab, " Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar." " Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak
mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?"

Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."

Kemudian Ia berkata kepadaku, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama
ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu.

Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu.

Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat tumbuh bersamamu."

Seandainya Aku jadi burung

Di salah satu dahan pohon yang rindang, terdapat sebuah sarang dimana hidup sepasang burung bersama seekor anak mereka yang baru menetas dari telur beberapa hari lalu. Sepasang Ayah dan Ibu burung itu nampak berbahagia sekali dengan kehadiran si burung kecil. Setiap pagi, sang ayah pergi mencari cacing untuk makan si burung kecil. Setiap hari, sang ibu menemani si burung kecil di sarang, menghangatkan tubuhnya dan melindunginya dari dinginnya desir angin yang kencang. Si burung kecil pun merasa nyaman dalam dekapan ibunya. Kalau perut terasa lapar, ia tinggal mencicit saja, semua dapat diperolehnya dengan mudah.

Hari berganti hari, tak terasa si burung kecil pun mulai bertambah usianya. Bulu-bulu di sekujur tubuhnya mulai tumbuh, si burung kecil sudah punya sepasang sayap mungil. Lalu, sang ayah berkata padanya : “Nak, kini sudah saatnya engkau belajar terbang, mengepakkan sayap yang telah Tuhan berikan padamu… Ayah dan Ibu akan mengajarimu terbang”.

Tetapi si burung kecil nampak ketakutan, dia merasa belum mampu untuk terbang dengan sayapnya sendiri. Beberapa pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya. Bagaimana nanti kalau sepasang sayapku ternyata tak bisa dikepakkan? Aku takut jatuh dari ketinggian. Bagaimana nanti kalau aku lapar? Aku harus mencari makanan kemana? Bagaimana…? Si burung kecil pun berkata pada Ayah-Ibunya: “Ayah, Ibu, aku ingin tetap tinggal disarang saja, aku tak mau terbang sendiri, aku takut…”, ucap si burung kecil lirih.

Lalu, sang Ayah burung mendekap tubuh si burung kecil dengan penuh kasih sayang, seraya berkata, “Nak, hilangkan semua kekhawatiran dan ketakutan yang menghantui benakmu itu. Engkau mempunyai sayap untuk terbang kemanapun engkau ingin pergi. Lihatlah dunia di luar sana Anakku, engkau akan bertemu dengan burung-burung lain, engkau akan menjumpai banyak pengalaman hidup yang akan memperkaya dirimu. Jangan pernah engkau risaukan tentang makanan, karena Tuhan telah menyediakan semuanya di alam sana, asalkan engkau mau berusaha menjemputnya Nak”.

Si burung kecil mendengarkan nasehat Ayahnya dengan sungguh-sungguh, dia termenung sesaat, kemudian dengan semangat dia berkata, “Iya Ayah, aku akan belajar terbang sekarang, aku tidak akan takut.” Lalu, si burung kecil mulai mencoba mengepakkan sayapnya perlahan… agak cepat… semakin cepat… dan kemudian… “Aku bisa terbang!”, teriak si burung kecil gembira. Ayah dan ibunya tersenyum bahagia menyaksikan usaha anaknya.

Kini, siburung kecil itu sudah menjelma menjadi seekor burung besar yang gagah. Ia sudah bisa mencari makan sendiri, ia sudah menjalani banyak perjalanan hidup yang menjadikannya mandiri seperti sekarang, bahkan ia sudah menemukan seekor burung betina cantik menjadi pasangannya. Si burung itu bergumam, “semua ini tidak akan aku dapatkan seandainya aku tak mau belajar terbang”

Teman,
Dahulu, kita adalah burung-burung kecil itu, yang sangat bergantung pada ayah dan ibu kita. Namun Teman, mari lihatlah dengan seksama diri kita di cermin saat ini. Kita bukan lagi anak kecil yang masih harus selalu di ’suapi’ oleh ayah dan ibu seperti dahulu, kita bukan lagi bocah kecil yang harus berdiam diri keenakan menanti ’subsidi’ rutin setiap bulan masuk ke rekening tabungan kita dari Ayah dan Ibu.

Cobalah Teman, perhatikan sekali lagi sosok pada cermin di hadapanmu itu. Ya Tuhan, ternyata kita sudah dewasa, tak terasa usia sudah merangkak ke angka 22 tahun lebih. Tapi, mengapa diri ini tak ubahnya seperti si burung kecil tadi yang masih ingin terus berdiam di sarang, karena tak mau susah memikirkan harus mencari makanan .

Teman, Apakah kita tak memperhatikan kedua orangtua kita yang sudah mulai lanjut usia, lihatlah kerutan yang mulai menghiasai wajah mereka, lihatlah tenaga mereka sudah tak sekuat dulu lagi. Lalu, Apakah begini bakti kita terhadap mereka? Kita masih ‘tega’ membiarkan mereka membanting tulang untuk membiayai kuliah dan kebutuhan kita sehari-hari. Teman, padahal sudah saatnya kita menunjukkan pada mereka bahwa kita sudah bisa mandiri seperti si burung kecil tadi.

Teman, mari kepakkan ’sayap’ mu sekarang juga. Jangan takut dengan kencangnya angin di luar sana, jangan takut dengan ganasnya kehidupan disana. Karena itu akan membawa kita pada sebuah kedewasaan diri akan hakikat hidup sesungguhnya.

“Berapa lamakah kita kan tetap menggelepar menggantung di sayap orang. Kembangkan sayapmu sendiri dan terbanglah lepas seraya menghirup udara Bebas di taman luas”

Hal Terbesar dalam Hidup!

Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang Pak Guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas.Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan. " Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah di sini.Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuat kalian bahagia ? Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini ?"

Murid-murid tampak saling pandang.Terdengar suara lagi dari Pak Guru," Ya, ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidup kalian ..."Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan Pak Guru itu menunjuk pada seorang murid." Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui ? Berbagilah dengan teman-temanmu ..."Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid," Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya.Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya impikan selama ini."Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. " Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu !"

Pak Guru tersenyum. Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya. Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir. Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri. Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung. Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara,hingga terdengar suara dari arah belakang. " Pak Guru ... Pak, saya belum bercerita." Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil. Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.

" Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua," ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.
" Apa hal terbesar yang kamu dapatkan ?" ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali. " Keberhasilan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah ... saat nama keluarga kami tercantum dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari yang lalu." Sesaat senyap. Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, " Ha ? Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon. Buku Telepon ? Betapa menyedihkan ... hahaha ..." Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, " Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu ?" Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan. Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan. " Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak ..."

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara. " Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah saya dapatkan. Dulu, Papa saya bukanlah orang baik-baik. Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah. Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi." Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan." Tapi, kini Papa telah berubah. Dia telah mau menjadi Papa yang baik buat keluarga saya. Sayang, semua itu tidak butuh waktu dan usaha. Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Papa saya.

Dan kini, Papa berhasil. Bukan hanya itu, Papa juga membeli sebuah rumah kecil buat kami. Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi." " Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon ? Itu artinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Papa untuk terus berlari. Itu artinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi. Itu juga berarti, saya tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, saya, dan juga keluarga saya, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya." Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir. " Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti ..."

Kelas terdiam. Pak Guru tersenyum haru. Murid-murid tertunduk. Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan. Mereka juga belajar satu hal : " Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan orang lain.Sekecil apapun ...Sebesar apapun ..."

Powered By Blogger